Suku Rejang (Bengkulu)
1. Asal-usul
Suku Rejang
a.
Letak geografis
Kabupaten Rejang Lebong dengan terletak pada posisi
102 31’ Lintang Selatan. Batas-batas 22’07’’- 3Bujur Timur dan 2 administratif
Kabupaten Rejang Lebong adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara :
Kabupaten Lebong
Sebelah Selatan : Kabupaten Kepahiang
Sebelah Timur
:Kabupaten Musi Rawas
Sebelah Barat
: Kabupaten Bengkulu Utara
Ibukota Kabupaten Rejang Lebong terletak di Kota Curup. Jarak Kota Curup
dari beberapa kota disekitar antara lain:
Bengkulu
: 85 km
Lubuk Linggau
: 55 km
Palembang
: 484 km
Tanjung Karang : 774 km
Secara
topografi, Kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah yang berbukit-bukit,
terletak pada dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 100 –
> 1000 m dpl. Secara umum kondisi fisik Kabupaten Rejang Lebong sebagai
berikut: Kelerengan: datar sampai bergelombang, Jenis Tanah: Andosol, Regosol,
Podsolik, Latasol dan Alluvial, Tekstur Tanah: sedang, lempung dan sedikit
berpasir dengan pH tanah 4,5 –7,5 , Kedalaman efektif Tanah : sebagian besar
terdiri atas kedalaman 60 cm hingga lebih dari 90 cm, sebagian terdapat erosi
ringan dengan tingkat pengikisan 0 – 10 %. Curah hujan rata-rata 233,75
mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata rata 14,6 hari/bulan pada musim kemarau
dan 23,2 hari/bulan pada musim penghujan. Sementara suhu normal rata-rata 17,73
0C – 30,940C dengan kelembaban nisbi rata-rata 85,5 %. Suhu udara maksimum pada
tahun 2003 terjadi pada bulan Juni dan Oktober yaitu 32 derajad Celcius dan
suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli yaitu 16,2 derajad Celcius.[1]
Pada jaman
neolitikum para ahli sejarah telah menemukan bukti tentang asal-usul nenek
moyang bangsa Indonesia. Von Heine Gelderm telah mengadakan penelitian tentang
kapak persegi. Berdasarkan penemuan dan persebaran kapak persegi itu, terletak
di hulu-hulu sungai besar Asia Tenggara, dari daerah Yunan, Cina selatan
kebudayaan itu tersebar menghilir lembah-lembah sungai tersebut akhirnya sampai
berpusat di tonkin. Hingga kemudian menyebar ke semenanjung malaka, Sumatra,
Jawa, Bali dan terus ke Timur.
Dengan gambaran seperti ini dengan begitu dapat
dikatakan bahwa asal-usul penghuni yang pertama datang ke daerah bengkulu
adalah bangsa Austronesia. Bangsa Austronesia sampai ke Nusantara menemui tanah
tinggal yangterpisah-pisah karena alamnya yang terdiri-dari pulau-pulau hutan
gunung dan sukar ditembus, sehingga melahirkan suku-suku baru. Diantaranya suku
Rejang, sehingga dapat dikatakan suku rejang merupakan keturunan ras bangsa
Austronesia yang berasal dari Yunan Cina Selatan.
Suku rejang semula hidup berkelompok-kelompok kecil mengembara di daerah lebong
yang luas. Pada masa ini mereka masih berpindah pindah. Barulah pada zaman ajai
mereka hidup dan mulai menetap disuatu daerah, terutama di lembah-lembah
sekitar sungai ketahuan.
Menurut riwayat, suku bangsa rejang yang sekarang berasal dari Empat Petulai,
dan setiap petulai dipimpin oleh seorang Ajai. Perkataaan Ajai berasala dari
kata Majai, artinya memimpin suatu kumpulan manusia. sedangkan sebutan Empat
Petulai itu baru disebut saat pemerintahan inggris bercokol di Indonesia.
2. Sistem Kekerabatan
Hubungan
kekerabatan Suku Rejang adalah bilateral, Walaupun keturunan mereka cenderung
patrilineal. Adat menetapkan sesudah kawin yang dalam bahasa rejang disebut
duduk letok (menentukan tempat tinggal) ditentukan berdasarkan asen (mufakat)
oleh kedua belah pihak. Asen ini ada beberapa macam. Bentuk kekerabatan lama
adalah keluarga luas yang disebut tumbang. Antara satu tumbang dengan tumbang
tertentu masih ada hubungan petulai (saudara) dan disebut sebagai kelompok satu
ketumbai atau sukau. Beberapa ketumbai atau satu berdiam di sebuah sadei
(dusun).
3. Sistem Sosial
Masyarakat
suku rejang mengenal sistem kesatuan sosial yang bersifat teritorial genealogis
yang disebut mego atau marga atau bang mego. Kesatuan sosial ini berasal dari
kelompok keturunan sutan sriduni, cikal bakal mereka. bang mego asal ada empat,
yaitu tubai, bermani, jekalang, dan selupuak. Pada masa sekarang jumlah bang
mego sudah bertambah, namun pengaruh yang asli masih kuat, mereka yang disebut
tiang empat limo dengan rajo. Pada zaman dahulu merekalah yang menunjuk raja.
Pelapisan
masayarakat rejang pada zaman dahulu diantaranya pertama, golongan bangsawan
yang terdiri dari raja-raja dan kepala marga. Golongan kedua adalah kepala
dusun yang disebut potai, dan yang ketiga disebut golongan tun dawyo atau orang
biasa. Golongan yang dihormati adalah para pedito(pemimpin agama) dan labgea
(dukun).
4. Sistem Religi
Sebelum masuknya agama islam di Bengkulu, suku Rejang
masih memegang kepercayaan Animesme dan Dinamisme yaitu percaya kepada
benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan mistis serta arwah roh nenek
moyang. Dalam bukunya Antonie Cabaton menyebutkan bahwa orang Rejang dalam
jangka waktu tertentu memberi persembahan berupa beras dan buah-buahan pada
gunung Kaba yang dimuliakan oleh suku Rejang.
Memasuki abad ke-16 islam mulai masuk ke Bengkulu dari
Banten, terutama dari daerah Selatan, diperkirakan juga Islam masuk dari Aceh
dan Minang Kabau sedangkan untuk Daerah Rejang kemungkinan Islam masuk dari
Palembang di daerah ini Islam merupakan agama terbesar yaitu melebihi 99%.
Selai agama Islam agama Nasrani dan Katolik datang di Bengkulu senagaja
disebarkan oleh Zending Katolik. pada tahun 1916 ada dua padri Katolik
Roma, memimpin misi kurang lebih 600 jiwa.
Sampai pertengahan abad ke-19 masi terdapat sisa-sisa
kepercayaan lama di daerah pedalaman, tetapi pada akhir abad ke-19 tidak
terdapat lagi penganutnya secara sempurna. Masyarakat Rejang telah menganut
Islam atau Nasrani, meskipun cara lama masi terbawa juga.
5. Adat Istiadat dan
Peraturan
Pada zaman dahulu pengaturan dalam kerajaan dilakukan
oleh para pejabat negara dan puncak pimpinan terletak ditangan seorang raja.
Dalam pelaksanaan operasionalnya rajapun dibantu oleh para pembantu seperti;
penghulu, kepala kaum, datuk, patih, tuai kutai, depati, pemangku, penggawa,
gide dan pemangku muda.
Dasar dari pengaturan ini adalah peraturan-peraturan
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, yang telah
ditetapkan berdasarkan pemufakatan para umara dan ulama serta orang-orang tua
atau tokoh-tokoh yang terpandang dalam masyarakat. Dalam pemerintahan
anjai-anjai kerajaan pat petula, segalah sesuatu mengenai ketertiban dalam pengaturan
negara sebagian sudah diatur dalam adat istiadat bangsa Rejang. Menurut adat
ini barng siapa yang melanggar adat akan dibunuh. Setelah kedatangan para biku
dari Maja pahit dan menjadi raja bangsa pajang; maka suku Rejang di Daerah
Bengkulu mendapatkan pelajaran bertanih dan peraturan baru untuk memperbaiki
dan penyempurnaan peratiran yang lama. Salah satunya adalah Gawai Bunuh diganti
Gawai Bngun, artinya barang siapa yang membuat kesalahan besar seperti membunuh
tidak lagi dibunuh tetapi diganti gawai Bangun. Gawai Bngun artinya siapa yang
membuat kesalahn besar seperti membunuh tidak lagi dibunuh tetapi diganti
dengan membayar berupa emas dan perak kepada ahli famili si mati.[7]
Adat rejang yang masih berlaku hingga sekarang aialah:
a. Membunuh-membangun artinnya:
kalau membunuh orang hukumnnya si pembunuh harus membayar bangun kepada famili
yang mati, yaitu berupa emas dan perak.
b. Salah berhutang, artinya
kesalahan terpikul oleh orang yang bersalah itu sendiri.
c. Gawai Mati atau Gwai Bunuh,
seseorang yang melakukan keslahan yang sangat besar atau yang dilarang keras
oleh adat, dihukum mati atau dibunuh.
d. Melukai menepung, artinya memberi emas
atau uang kepada oarng yang dilukai.
e. Selang berpulang, artinya tiap
barang yang dipinjam harus dikembalikan.
f. Suarang berbagai, artinya
harta yang diperoleh bersama harus dibagi sama banyak.
g. Burung puang si jlupang, artinya
patah tumbuh hilang berganti; tiap yang hilang harus ada gantinya.
h. Kalah adat karena janji.
i. Diberi habis saja,
artinya suka sama suka.
6. Hubungan
Antar Golongan
Induk daripada penduduk daerah
Bengkulu adalah bangsa Melayu yang kemudian karna letak geografis yang
memisahkan sehingga timbulah bangsa-bangsa atau suku, marga dan keluarga, yang
hidup dengan adat istiadat masing-masing. Diantara suku bangsa yang
terkenal yaitu suku Rejang, Suku Serawai, Suku Lembak Suku Enggano, dan Suku Melayu
Bengkulu. suku Rejang sendiri pastilah pernah mengalami percekcokan, yang
disebabkan maslah perbatasan, hasrat untuk mendapatkan kekuasaan dan perbedaan
kepentingan, namun sebaliknya hubungan antar golongan banyak banyak pula
terjalin disebabkan oleh persamaan kepentingan, cita-cita dan lain sebagainya.
Seperti Suku Rejang di pedalaman dan suku Melayu di Pesisir perna terjadi
perhubungan kerja sama di bidang keamanan dimana suku Rejang menjaga Musuh yang
datang melalui darat dan suku melayu menjaga musuh yang datang melalui laut
Hubungan antar golongan di ikatkan pula karena persamaan bentuk tubuh (ras,
tipe, warna kulit) dan persamaan umum yang terdapat dalam bahasa.
Sejak tahun 1907 sudah ada suku Sunda yang dipindahkan ke Daerah Kepahiang
(Rejang) dan sejak 1911 ke Curup. Pada tahun 1912 didatangkan orang jawa,
dengan maksud memperkenalkan cara menggarap sawah dan cara memelihara ikan di
perairan tawarmigrasi ini berjalan dengan baik terbukti hingga sekarang
kabupaten rejang Lebong sangat berkembang dalam hal pertanian. Hal ini tidak
terlepas dari berbaurnya suku pendatang dengan suku rejang sehingga terjadi
proses saling belajar satu sama lain.
7. Kesenian
Kebudayaan di daerah bengkulu, masih
termasuk dalam rumpun Melayu Polenesia. Salah satu aspek penjelmaan kebudayaan
ini adalah tata adat sekapur sirih. Tata adat tersebut hingga kini masih ada
terpelihara di kalngan masyarakat bengkulu terutama suku Rejang. Banyak sekali
kesenian yang ada di miliki Suku Rejang ini diantarnya tari tarian.
Tarian sekapur sirih yang hanya
ditarikan untuk tamu-tamu kehormatan. Karena dulunya tarian ini hanya
tarian persembahan bagi tamu-tamu kerajaan yang hadir di balai bundar.
Selain itu ada tarian kumbang marak bungo. Tarian ini menggambarkan gadis yang banyak
penggemarnya. Penarinya semua memakai pakaian adat. Selain itu ada pula tari
kejei yang dibawakan oleh muda mudi suku rejang.
8. Bahasa
Rejang
Adalah bahasa yang
dituturkan oleh suku rejang bahasa ini digunakan oleh semua oarng rejang di
kabupaten Rejang lebong, Kabupaten Kepahyang, dan Kabupaten Bengkulu Tengah.
Bahasa Rejang sendiri terdiri atas 3 dialek, yakni Rejang dialek Curup, dialek
Kepahiang, dialek Lebong. Ada beberapa daerah yang termasuk dalam wilayah
kabupaten kepahiang menggunakan Rejang dialek Curup karena letak
geografis yang dekat dengan kabupaten Rejang Lebong. Beberapa daerah yeng dekat
secara Geografis dengan wilayah Kabupaten Lebongjuga ada yang menggunakan
Rejang dialek Curup. Begitu juga sebaliknya.
Perbedaan dialek juga terdapat dalam
Intonasi dalam berbicara. Bahasa Rejang dialek Kepahiang terkesan keras dan
kasar, dialek rejang curup terkesan halus dan lembut, dan bahasa rejang dialek
lebong terkesan lebih halus dan lembut dari rejang dialek curup. Dari warna
dialek menggambarkan tempramen dari ketiga macam orang rejang tersebut.
9. Akasara
Kaganga
Dalam
perkembangannya selain bahasa Rejang, suku Rejang juga menggunakan Aksara
kaganga. Akasara kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang
berkerabat di Sumatra Selatan. Aksara yang termasuk kelompok ini adalah Akasara
Rejang, Lampung, Rencong dan lain-lain. Nama aksara Kaganga ini merujuk pada
Ketiga aksara Pertama. Yaitu ka, ga, dan nga. Istilah kaganga diciptakan oleh
Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of hull (Inggris) dalam
buku Folk Literature of South Sumatra. Redjang Ka-Ga-Nga texts. Canberra, The
Australian National University 1964. Istilah asli yang digunakan oleh
masyarakat disebelah selatan adalah Surat ulu.
Aksara batak atau surat batak juga
berkerabat dengan kelompok surat Ulu akan tetapi urutannya berebda.
Diperkirakan zaman dahulu diseluruh pulau sumatra aceh diujung sampai lampung
di selatan, menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok aksara kaganga
(surat ulu) ini. Tetapi aceh dan minangkabau yang dipergunakan sejak lama
adalah huruf kawi.
Perbedaan antara aksara kaganga
dengan jawa ialah bahwa kasara surat ulu tidak memiliki pasangan sehingga jauh
lebih sederhana daripada aksara jawa. Aksara ulu diperkirakan berkembang dari
aksara palawa dan aksara kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatra
Selatan.
[1]
http://www.rejanglebongkab.go.id/deskripsi-wilayah/sekilas-rejang-lebong/.
Diakses pada 15 mei 2016.
Hard Rock Hotel and Casino Reno - MapyRO
BalasHapusA 서귀포 출장안마 short walk from the casino and a 15-minute drive from Reno International Airport, Hard Rock Hotel & Casino Reno is an 안성 출장샵 easy drive 경상북도 출장샵 from Downtown Reno. Rating: 7.7/10 안양 출장샵 · 2,994 reviews · Price 논산 출장안마 range: $$