Agama Tradisional Orang Lombok
A.
Sejarah,
Pendiri dan Tokoh-tokoh kepercayaan Waktu Telu
1. Sejarah
Waktu-Telu didefinisikan secara berbeda-beda,
sesuai dengan penafsiran masing-masing kelompok. Diantaranya sebagai berikut:
1. Kelompok Islam Waktu-Telu sendiri member batasan sebagai ‘’
proses kejadian makhluk di alam semesta’’.
2. Keorang pakar dari belanda menyebut Waktu-Telu sebagai bentuk
kepercayaan zaman majapahit yang terkena pengaruh ajaran Islam.
3. Menurut kenyataanya, Waktu-Telu adalah sekelompok masyarakat
Islam yang belum menyempurnakan syariat atau ajaran agamanya.
Pendapat lain
menyebutkan bahwa lahirnya istilah Wetu Telu sudah muncul sejak zaman
penjajahan yang dikembangkan oleh para penjajah dari belanda yang menjalankan
politik. Agar masyarakat muslim sasak terpecah belah, ia melakukan dikotomi
islam dalam dua bentuk yaitu Islam Wetu Telu dan Islam Waktu Lima[1]
Selanjutnya dari manakah asal mulanya “Waktu Telu”
ini? Apakah dari pemeluknya sendiri atau dari kalangan luar? Masalah ini banyak
yang berbeda pendapat, ada yang mengatakan berasal dari ppemeluknya dan ada
pula menolak anggapan tersebut. Namun agaknya pandangan yang mengatakan bahwa
istilah Waktu-Telu itu muncul dari mereka sendiri sulit diterima, karena berapa
hal.[2]
Pertama, para pengikutnya berbeda-beda menyebut
faham mereka sesuai dengan perbedaan daerah. bahkan, tidak sedikit dari mereka
yang keberatan dengan sebutan Waktu-Telu ini yang sering dihubungkan dengan
praktek ajaran Islam yang tidak sempurna. Sebaliknya, menurut mereka, apa yang
mereka anut itu berdasarkan ajaran Islam yang benar sesuai dengan yang
diwariskan secara turum-temurun dari nenek moyang mereka.[3]
Kedua, menurut keterangan para pemuka kepercayaan Waktu-Telu,
penyebutan istilah Waktu-Telu ini biasanya berasal dari kelompok yang merasa
telah menjalankan ajaran Islam secara benar. Selain itu, proses penamaan juga
muncul dari para pengikut Waktu-Telu yang dianggap berbeda dengan penganut
agama Islam pada umumnya.[4]
2. Pendiri
dan Tokoh-tokohnya[5]
Yang
dianggap sebagai pendiri Islam Waktu-Telu di Bayan (Lombok Barat bagian Utara)
adalah Ratu Mas Pahit Sembah Ulun yang idsebut Wong Mukmin. Dia adalah seorang
penyebar Islam dari Jawa. Dalam penyebaran ajaran Islam ia berpedaoman pada
sumber Islam yang hakiki, yakni al-Qur;an dan Hadits, tetapi tidak membrantas
adat yang berlaku di Lombok. Adapun tokoh-tokohnya adalah:
a. Raden
Singadriya
b. Datu
Sukowati
c. Manik
Irmansyah
d. Mamiq
Murti
e. Raden
Suweno
f. Andaka
g. Aja
h. Jadid.
Adapun tokoh yang sudah
wafat adalah:
a. Kyai
Talun
b. Guru
Dolah
c. Kyai
Adet
d. Dr.
Raden Sujono
e. Kapuk
Magas
f. Mamiq
Ocet Salim
g. Bratayudha.
B.
Pokok-Pokok
Kepercayaan dan Upacara Keagamaan
Kepercayaan
orang Lombok animisme, dinamisme juga percaya dan menghormati terhadap roh, keyakinan komunitas Islam Wetu Telu adalah percaya
kepada makhluk halus yang bersemayam pada benda mati atau benda tertentu atau
memiliki kekuatan tetapi tunduk di hadapkan kekuatan Tuhan. Menyangkut Roh
leluhur, mereka percaya bahwa Adam dan Hawa merupakan asal usul nenek moyang
kita.
Adapun pelaksanaan salat dan upacara-upacara
keagamaan lainnya adalah sebuah cara untuk mengadakan hubungan antara manusia
dengan Tuhan:
a.
Hubungan
manusia-mangku-dewa-Tuhan (mangku dan dewa sebagai penghubung)
b.
Hubungan
manusia-Kyai-Tuhan (Kyai sebagai penghubung)
c.
Pelaksanaan
Shalat
d.
Pelaksanaan
Zakat
e.
Ibadah Haji
f.
Harta Warisan[6]
C.
Konsepsi Kepercayaan Islam Waktu Telu
Cara
berfikir penganut islam waktu telu itu masih sangat sederhana, barangkali
karena struktur masyarakatnya yang terisolir dan tidak mudah menerima pengaruh
dari luar, apabila jika menyangkut adat istiadat dan agama yang mereka terima
dari nenek moyangnya.
Penganut
faham Islam Waktu-Telu ini tersebar di beberapa desa dan kampung di pulau
Lombok. Secara prinsip tidak ada perbedaan yang berarti antara faham Waltu-Telu
dengan aqidah Islam yang lain, yang barangkali berbeda adalah pada pelaksanaa
syari’at atau praktek ibadah sehari-hari yang lebih banyak disesuaikan dengan
tradisi atau adat istiadat setempat. Adapun konsepsi tentang ketuhanan secara
teologis, tidak ada perbedaan yang berarti antara faham Islam Waktu-Telu dengan
konsep teologi Islam. Ia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Tuhan Yang
Maha Kuasa. Percaya kepada Nabi dan Rasul, kepada malaikat kepercayaan dan Hari
kemudian, daan pada adanya Sorga dan Neraka.[7]
Kitab
suci faham Islam Waktu-Telu adalah al-Qur’an. Meskipun tidak banyak dari mereka
yang mengetahui isi atau mempelajari kitab suci ini, apalagi menjadikan isi
kitab ini sebagai landasan berpijak dalam kehidupan sehari-hari di muka bumi.
Kitab ini seringkali malah dijadikan azimat atau benda keramat yang sekali-kali
saja diambil sebuah tempat penyimpanan khusus di waktu-waktu tertentu.[8]
D.
Interaksi Kepercayaan orang Lombok dengan
agama-agama Lain[9]
Adapan
contoh perubahan yang bersifat akulturasi atau yang bersifat diterima
baik oleh masyarakat yang mempercayai kepercayaan animisme, dinamisme khususnya
di pulau lombok tanpa ada pemaksaan adalah dapat digambarkan lain yang sering
diucapakan dalam kehidupan sehari-hari adalah Inaq, Amaq, Allah (Ibu, Bapak dan
Tuhan) juga sebagai ungkapan kalau sorga itu berada dibawah telapak kaki ibu,
filosofi ini juga masuk dan erat kaitannya dengan ajaran Agama Islama dimana
semua ummat Islam harus tunduk dan patuh terhadap ajaran agama
tersebut dan inilah alasan masyarakat lombok yang mempercayai animisme dan
dinamisme menerima baik ajaran yang dibawa oleh para wali yang berasal dari
jawa yakni ajaran agama islam.
Keyakinan lain juga tergambar dari tiga aspek
kehidupan yaitu Air, Angin dan Tanah, ketiga unsur ini juga menjadi dasar utama
semua mahlauk hidup yang ada dimuka bumi dapat tumbuh, hidup serta berkembang
biak, apa bila ketiga elemen ini tetapada dan dapat dilestarikan. Ketiga unsur
lain tentang makna serta filosofi Wetu Telu yaitu Adanya tiga unsur yang
mengayomi dan menuntun serta membina manusia atau masyarakat, yaitu dari Kyai
yang berdasarkan keturunan dan memiliki tugas khusus dibidang agama,Tokoh Adat
yang mengatur soal adat dan istiadat, dan yang terakir adalah pemerintah yang
juga khusus membidangi sistim pemerintahan.
Sedangkan
contoh perubahan yang bersifat singkretik adalah bisa kita lihat pada saat
masyarakat Islam wetu telu mengadakan Syukuran dalam bentuk zikiran bersama
atau zikiran bagi orang sudah meninggal dunia . Dalam melaksanakan zikiran
masyarakat wetu telu selalu menyalakan Dupe dalam bahasa sasaknya (Menyam)
seperti apa yang dilakukan oleh orang orang yang memiliki kepercayaan animisme,
dinamisme dan hindu pada saat melakukan sembahyang di depan patung yang mereka
buat sendiri . Pada kita tahu bahwa menyalakan dupe dalam ajran islam sangat
tidak bolehkan oleh agama islam karena kita seolah- olah mendo’akan orang yang
meninggal itu masuk neraka dan ini masih d\ipraktikan oleh masyarakat wetu telu
sampai sekarang. Dan contoh inilah yang bisa disebut dengan perubahan yang
bersifat singkretik karena ada unsur pemaksaan dan dalam ajaran agama islam
tidak diperbolehkan menggunakan Dupe. Sikap masyarakat orang
lombok setempat yang memeluk agama lain seperti Islam atau Hindu, tidak
memberikan reaksi kebencian ataupun kemarahan atau antipati kepada mereka
penganut Buda yang telah banyak beralih kepada agama Buddha. Toleransi dan
kerukunan antar mereka berjalan dengan baik, tidak pernah terjadi konflik
sosial, hubungannya cukup harmonis.[10]
[1] Muhammad Harifin Zuhdi, “Lombok Mirah Tradisi Merariq: Akulturasi Islam dan Budaya Lokal”, (Lombok
Mirah Sasak Adi. Jakarta: Imsak Press, 2011) h. 78
[2] Neng Darol Afia (Ed), Tradisi dan Kepercayaan Lokal Pada Beberapa
Suku di Indonesia, (Jakarta: Badan Litbang Agama Departemen Agama RI,
1998), h. 59
[3] Ibid, h. 60
[4] Ibid, h. 60
[5] Ibid, h. 67-71
[6] Ibid, h. 79-89
[7] Ibid, h. 71-72
[8] Ibid, h. 75
[9] http://al-jadiyd.blogspot.co.id/2013/06/sejarah-singkat-islam-wetu-telu-di-desa.html, diakses pada tanggal 29/04/2016
[10] Achmad Rosidi, Perkembangan Paham Keagamaan Lokal Di Indonesia ( Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian, 2011) h.
300
Tidak ada komentar:
Posting Komentar